Kamis, 11 September 2014

TEORI PRECEDE AND PROCEED


Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2.      Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3.  Faktor-faktor pendorong (Renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan Perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal dengan kerangka kerja Precede dan Proceed. Kerangka kerja precede mempertimbangkan beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu perencana terfokus pada faktor tersebut sebagai target untuk intervensi.
Menurut Green (1980) penggunaan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED adalah sebagai berikut:
PRECEDE terdiri dari:
1.      Predisposing;
2.      Reinforcing;
3.      Enabling cause in educational diagnosis and evaluation
Akan memberikan wawasan spesifik menyangkut evaluasi. Kerangka kerja ini menunjukkan sasaran yang sangat terarah untuk intervensi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program.
PROCEED terdiri dari:
1.      Policy
2.      Regulation
3. Organizational and environmental development
Menampilkan kriteria tahapan kebijakan dan implementasi serta evaluasi.
           Precede mengarahkan perhatian awal pendidik kesehatan terhadap keluaran dan bukan terhadap masukan dan memaksanya memulai proses perencanaan pendidikan kesehatan dari ujung “Keluaran”. Ini mendorong munculnya pertanyaan “mengapa” sebelum pertanyaan “bagaimana”. Dari sudut perencanaan, apa yang terlihat sebagai ujung yang salah sebagai tempat untuk memulai, kenyataannya adalah sesuatu yang benar. Orang mulai dengan keluaran akhir, kemudian bertanya tentang apa yang harus mendahului keluaran itu, yakni dengan cara menentukan sebab-sebab keluaran itu. Dinyatakan dalam cara lain, semua faktor yang penting untuk suatu keluaran harus didiagnosis sebelum intervensi dirancang; jika tidak, intervensi akan didasarkan atas dasar tebakan (kira-kira) dan mempunyai resiko salah arah.
Bekerja menggunakan precede dan proceed, mengajak orang berpikir deduktif, untuk memulai dengan akibat akhir dan bekerja ke belakang ke arah sebab-sebab yang asli.
Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka Precede Proceed Theory adalah sebagai berikut:
1.      Fase 1 (diagnosa sosial)
Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas hidupnya dan aspirasi untuk lebih baik lagi, dengan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam diagnosis sosial dan telah lama menjadi prinsip dasar bagi kesehatan dan pengembangan komunitas. Hubungan sehat dengan kualitas hidup merupakan hubungan sebab akibat.  Input pendidikan kesehatan, kebijakan, regulasi dan organisasi menyebabkan perubahan out come, yaitu kualitas hidup. Fase ini membantu masyarakat (community) menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil penelitian), data (misalnya BPS, Media massa), group method.
Hubungan sebab akibat dapat terjadi secara langsung melalui kebijakan sosial, intervensi pelayanan sosial, kebijakan kesehatan dan program kesehatan.
a.       Bagian atas yaitu kebijakan sosial atau keadaan sosial, mengindikasikan masalah kesehatan mempengaruhi kualitas hidup, sehingga kualitas hidup dapat memotivasi dan mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan.
Kualitas hidup sulit diukur dan sulit didefinisikan; ukuran obyektif (indikator sosial), yaitu angka pengangguran, kepadatan hunian, kualitas air. Ukuran subyektif  (informasi dari anggota masyarakat tentang kepuasan hidup, kejadian hidup yang membuat stress, individu dan sumber daya sosial.
b.      Bagian bawah yaitu intervensi kesehatan, mengindikasikan kondisi sosial dan kualitas hidup dipengaruhi oleh masalah kesehatan.
2.      Fase 2 (diagnosa epidemiologi)
Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang, baik langsung maupun tidak langsung. Yaitu penelusuran masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari diagnosa sosial yang telah diprioritaskan. Ini perlu dilihat data kesehatan yang ada dimasyarakat berdasarkan indikator kesehatan yang bersifat negatif yaitu morbiditas dan mortalitas, serta yang bersifat positif yaitu angka harapan hidup, cakupan air bersih, cakupan rumah sehat.
Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan, dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya:
a.       Masalah yang mempunyai dampak terbesar pada kematian, kesakitan, lama hari kehilangan kerja, biaya rehabilitasi, dan lain-lain.
b.      Apakah kelompok ibu dan anak-anak yang mempunyai resiko.
c.       Masalah kesehatan yang paling rentan untuk intervensi.
d.      Masalah yang merupakan daya ungkit tinggi dalam meningkatkan status kesehatan, economic savings.
e.       Masalah yang belum pernah disentuh atau di intervensi.
f.       Apakah merupakan prioritas daerah/ nasional.
3.      Fase 3 (diagnosa perilaku dan lingkungan)
Pada fase ini terdiri dari 5 tahapan, antara lain:
a.       Memisahkan penyebab perilaku dan non perilaku dari masalah kesehatan.
b.      Mengembangkan penyebab perilaku
1)      Preventive behaviour (primary, secondary, tertiary)
2)      Treatment behaviour
c.       Melihat important perilaku
1)      Frekuensi terjadinya perilaku
2)      Terlihat hubungan yang nyata dengan masalah kesehatan
d.      Melihat changebility perilaku
e.       Memilih target perilaku
Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan, digunakan indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilisasi), upaya pencegahan (prevention action), pola konsumsi makanan (consumtion pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan sendiri (self care).
Untuk mendiagnosa lingkungan diperlukan lima tahap, yaitu: membedakan penyebab perilaku dan non perilaku; menghilangkan penyebab non perilaku yang tidak bisa diubah; melihat important faktor lingkungan, melihat changeability faktor lingkungan, memilih target lingkungan.
4.      Fase 4 (diagnosa pendidikan dan organisasi )
Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status kesehatan atau kualitas hidup dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diubah untuk kelangsungan perubahan perilaku dan lingkungan. Merupakan target antara atau tujuan dari program.
Ada 3 kelompok masalah yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu:
a.       Faktor predisposisi (predisposing factor): pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan lain-lain.
b.      Faktor penguat (reinforcing factor): perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, dan lain-lain.
c.       Faktor pemungkin (enabling factor): lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, dan lain-lain.
Tahap proses menyeleksi faktor dan mengatur program:
a.       Identifikasi dan menetapkan faktor-faktor menjadi 3 kategori
Mengidentifikasi penyebab-penyebab perilaku dan dipilah-pilah sesuai dengan 3 kategori yang ada: predisposing, enabling, reinforcing factors.
Metode:
1)      Formal
a)      Literatur
b)      Checklist dan kuesioner
2)      Informal
a)      Brainstorming
b)      Normal group process (NGP)
b.      Menetapkan prioritas antara kategori
Menetapkan faktor mana yang menjadi obyek intervensi, dan seberapa penting dari ke-3 faktor yang  ada.
c.       Menetapkan prioritas dalam kategori
Berdasarkan pertimbangan:
1)      Important: prevalensi, penting dan segera di atasi menurut logis, pengalaman, data dan teori
2)      Immediacy: seberapa penting
3)      Necessity: mungkin prevalensi rendah, tapi masih harus dimunculkan perubahan lingkungan dan perilaku yang terjadi
4)      Changeability: mudah untuk diubah
5.      Fase 5 (diagnosa administrasi dan kebijakan)
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya dan kejadian-kejadian dalam organisasi yang mendukung atau menghambat perkembangan promosi kesehatan.
a.       Administrative diagnosis
1)      Memperkirakan atau menilai resorces/ sumber daya yang dibutuhkan program
2)      Menilai resorces yang ada didalam organisasi atau masyarakat
3)      Mengidentifikasi faktor penghambat dalam mengimplementasi program

Tahap diagnosa administrasi, antara lain:
1)      Menilai kebutuhan sumber daya
a)      Time
b)      Personnel
c)      Budget
2)      Menilai ketersediaan sumber daya
a)      Personnel
b)      Budgetary contraints (keterbatasan budget)
3)      Menilai penghambat implementasi
a)      Staff commitment and attitude
b)      Goal conflict
c)      Rate of change
d)      Familiarity
e)      Complexity
f)       Space
g)      Community barriers
b.      Policy diagnosis
1)      Menilai dukungan politik
2)      Dukungan regulasi atau peraturan
3)      Dukungan sistem didalam organisasi
4)      Hambatan yang ada dalam pelaksanaan program
5)      Dukungan yang memudahkan pelaksanaan program

Tahapan diagnosa kebijakan, antara lain:
1)      Menilai kebijakan, regulasi dan organisasi
a)      Issue of loyality
b)      Consistency
c)      Flexibility
d)      Administrative of professional direction
2)      Menilai kekuatan politik
a)      Level of analysis
b)      The zero-sum game
c)      System approach
d)      Exchange theory
e)      Power equalization approach
f)       Power educative approach
g)      Conflict approach
h)      Advocacy and education and community development
Implementasi:
Kunci keberhasilan implementasi:
1.      Pengalaman
2.      Sensitif terhadap kebutuhan
3.      Fleksibel dalm situasi kondisi
4.      Fokus pada tujuan
5.      Sense of humor

Evaluasi dan accountability:
Evaluasi: membandingkan tujuan dengan standar object of interest:
1.      Mengukur quality of life
2.      Indikator status kesehatan
3.      Faktor perilaku dan lingkungan
4.      Faktor predisposing, enabling, reinforcing
5.      Aktivitas intervensi
6.      Metode
7.      Perubahan kebijakan, regulasi atau organisasi
8.      Tingkat keahlian staf
9.      Kualitas penampilan dan pendidikan




Object of interest:
1.      Input
2.      Intermediate effects
3.      Outcome
Tingkatan Objective:
1.      Ultimate objectives : sosial dan kesehatan
2.      Intermediate objectives: perilaku dan lingkungan
3.      Immediate objective: educational, regulatory, policy
Tingkat Evaluasi:
1.      Evaluasi proses
Evaluasi dari program promosi kesehatan yang dilaksanakan
2.      Evaluasi impact
Menilai efek langsung dari program pada target perilaku  (predisposing, enabling, reinforcing factors) dan lingkungan
3.      Evaluasi outcome
Evaluasi terhadap masalah pokok yang pada proses awal perencanaan akan diperbaiki: satus kesehatan dan quality of life.





DAFTAR PUSTAKA

Ariani. 2011. Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Tindakan Berdasarkan Indikator Surveylands Perilaku HIV AIDS pada Wanita Pekerja Seksual. Surabaya. Departemen Epidemiologi FKM Unair
Green. 1991. Health Promotion Planning An Aducational and Environmental Approach Second Edition. London.Mayfield publishing company.
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.